Cerita perjalanan ke India nggak habis habis dieksplorasi. Biar yang nulis nggak bosen (apalagi yang baca, haha...), baiknya saya selingi dengan perjalanan lainnya saja. Akhir tahun 2014 ini lumayan padat acara ngetripnya dan Alhamdulillah berhasil terlaksana dengan menyenangkan. Mendaki ke lembah Ramma 20-21 Desember, lanjut touring ke Toraja (include muncak ke Sesean) 25-28 Desember 2014.
Kalo
ditanya apa nggak capek, tukang jalan mana ada capeknya. Kalo ditanya soal
pemandangan, pastilah indah. Tetapi ngobrolin keindahan tanah Indonesia
sepertinya sudah bosan, sudah biasa, sudah sering, jadinya kayak copy paste
dengan cerita2 perjalanan sebelumnya. Mending cerita tentang proses perjalanan
itu sendiri, siapa tahu bisa jadi inspirasi, hikmah dan bermanfaat.
Berangkat
mendaki sendiri ke Lembah Ramma tanpa persiapan yang baik tentu bukan hal yang
patut diteladani. Hanya berbekal tenda tanpa fly sheet dan matras pada musim
hujan begini sama saja dengan bunuh diri. Beruntunglah, selalu ada bantuan
datang. Kemurahan hati untuk berbagi, tolong menolong di kalangan pendaki
memang bukan hal yang aneh.
Bertemu
sahabat baru yang rela berbagi fly sheet dan matras. Juga tidak ketinggalan
kopi panas dan mie rebus telur. ‘Mas, turunnya nanti barengan saja, biar sama2
juga naik motor ke Makassar’. “Tapi ban motor saya kempes jadi nggak bisa jalan
kencang, juga lampu motor nggak terang, nggak bisa jalan malam”. ‘Tenang saja
mas, kan nanti jalan bareng, bisa lah kita bantu sama2’.”Oke masbro, tengkyu
tengkyu…” Begitulah kira2 dialog yang terjadi waktu itu.
Setengah
perjalanan suasana mulai berubah. Laju kendaraan yang lambat memunculkan
keluhan dan rasa frustasi, apalagi besok mereka punya agenda penting. Ketika
saya mengingatkan janji mereka, omongan mereka, segala macam argument muncul.
Ketika saya mundur satu langkah dengan mempersilahkan mereka jalan duluan,
mereka nggak mau juga, takut dibilang nggak kompak, ninggalin kawan. Jadi nggak
paham saya, apalagi pakai acara nantang tarung antara jin saya dan jin dia.
Lho, memangnya saya pelihara jin, haha…
Kalo
tadi disuruh milih, lebih baik saya ngeluarin duit 50 ribu buat bayar
penginapan dibandingkan harus bermotor sendiri malam2, melewati hutan Bili
bili, gelap, jalanan berlubang dengan keadaan motor kesayangan saya yang
seperti itu. Takut ketemu setan, wkkk….
Cerita
yang berbeda tetapi memiliki ‘taste’ yang sama berlaku juga ketika ngetrip ke
Toraja.
Tetapi
apapun yang terjadi, kebaikan dan ketulusan kawan2 tidak akan terhapuskan.
Tidak akan tergantikan. Tidak akan terlupakan. Tidak bisa dibayangkan bagaimana
keadaan saya tanpa mereka, terima kasih kawan…
Masalah
utama sesungguhnya ada pada diri saya sendiri. Dalam membangun ‘personal
relation’, saya terlalu mengagungkan asas resiprokal, prinsip kesetaraan
perlakuan. Bahasa premannya anda jual, saya beli. Selain itu keangkuhan,
tekanan, dan arogansi tidak membuat saya melunak apapun resiko yang akan saya
terima. Mau kehilangan posisi, kehilangan teman, diasingkan, ribut, atau yang
lain tidak terlalu saya ambil pusing. Bebas merdeka.
Apakah
hal tersebut menyelesaikan masalah, tentu saja tidak. Malah sering memperparah
keadaan. Tetapi bisa jadi hal itu jugalah yang membuat saya masih bisa berdiri
tegak hingga detik ini. Melewati berbagai macam permasalahan, beragam tsunami
kehidupan yang silih berganti.
Sudah
tepat kah sikap tersebut? Ada yang jauh lebih baik, lebih tepat. Kedepan saya
harus mulai meninggalkan konsep2 sebelumnya seperti sportifitas, resiprokal,
keadilan, kesetaraan perlakuan dalam membangun hubungan pertemanan.
Bisa
memahami orang lain secara lebih utuh. Tidak hanya menangkap lewat kata2 yang
terucap, tersurat, tetapi juga mampu melihat apa2 yang tidak terlihat, menerka
hati dan memahami pikiran orang. Lama2 bisa jadi dukun saya, haha… (just
kidding, red).
Juga
harus lebih memperlebar ‘range’ kesabaran dalam menghadapi permasalahan,
menahan diri. Menjadikan sabar sebagai solusi, sebagai alat pertahanan diri.
Memperbesar porsi hati, mengurangi porsi logika. Lebih bijak lagi, tetap tanpa
harus mengorbankan prinsip2 yang ada. Bukan dalam rangka untuk menyenangkan
orang, tetapi lebih untuk kepentingan saya sendiri.
Semoga
tahun depan bisa lebih baik, amiiinnn…
|
Add caption |
|
Add caption |
|
Add caption |
|
Add caption |
|
Add caption |
|
Add caption |
|
Add caption |
|
Add caption |
|
Add caption |
|
Add caption |
|
Add caption |
|
Add caption |
|
Add caption |
|
Add caption |
|
Add caption |
|
Add caption |
|
Add caption |
|
Add caption |
|
Add caption |
|
Add caption |
|
Add caption |
|
Add caption |
|
Add caption |
|
Add caption |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar