Selasa, 13 Januari 2015

ADU JIN


Cerita perjalanan ke India nggak habis habis dieksplorasi. Biar yang nulis nggak bosen (apalagi yang baca, haha...), baiknya saya selingi dengan perjalanan lainnya saja. Akhir tahun 2014 ini lumayan padat acara ngetripnya dan Alhamdulillah berhasil terlaksana dengan menyenangkan. Mendaki ke lembah Ramma 20-21 Desember, lanjut touring ke Toraja (include muncak ke Sesean) 25-28 Desember 2014.
Kalo ditanya apa nggak capek, tukang jalan mana ada capeknya. Kalo ditanya soal pemandangan, pastilah indah. Tetapi ngobrolin keindahan tanah Indonesia sepertinya sudah bosan, sudah biasa, sudah sering, jadinya kayak copy paste dengan cerita2 perjalanan sebelumnya. Mending cerita tentang proses perjalanan itu sendiri, siapa tahu bisa jadi inspirasi, hikmah dan bermanfaat.
Berangkat mendaki sendiri ke Lembah Ramma tanpa persiapan yang baik tentu bukan hal yang patut diteladani. Hanya berbekal tenda tanpa fly sheet dan matras pada musim hujan begini sama saja dengan bunuh diri. Beruntunglah, selalu ada bantuan datang. Kemurahan hati untuk berbagi, tolong menolong di kalangan pendaki memang bukan hal yang aneh.
Bertemu sahabat baru yang rela berbagi fly sheet dan matras. Juga tidak ketinggalan kopi panas dan mie rebus telur. ‘Mas, turunnya nanti barengan saja, biar sama2 juga naik motor ke Makassar’. “Tapi ban motor saya kempes jadi nggak bisa jalan kencang, juga lampu motor nggak terang, nggak bisa jalan malam”. ‘Tenang saja mas, kan nanti jalan bareng, bisa lah kita bantu sama2’.”Oke masbro, tengkyu tengkyu…” Begitulah kira2 dialog yang terjadi waktu itu.
Setengah perjalanan suasana mulai berubah. Laju kendaraan yang lambat memunculkan keluhan dan rasa frustasi, apalagi besok mereka punya agenda penting. Ketika saya mengingatkan janji mereka, omongan mereka, segala macam argument muncul. Ketika saya mundur satu langkah dengan mempersilahkan mereka jalan duluan, mereka nggak mau juga, takut dibilang nggak kompak, ninggalin kawan. Jadi nggak paham saya, apalagi pakai acara nantang tarung antara jin saya dan jin dia. Lho, memangnya saya pelihara jin, haha…
Kalo tadi disuruh milih, lebih baik saya ngeluarin duit 50 ribu buat bayar penginapan dibandingkan harus bermotor sendiri malam2, melewati hutan Bili bili, gelap, jalanan berlubang dengan keadaan motor kesayangan saya yang seperti itu. Takut ketemu setan, wkkk….
Cerita yang berbeda tetapi memiliki ‘taste’ yang sama berlaku juga ketika ngetrip ke Toraja.
Tetapi apapun yang terjadi, kebaikan dan ketulusan kawan2 tidak akan terhapuskan. Tidak akan tergantikan. Tidak akan terlupakan. Tidak bisa dibayangkan bagaimana keadaan saya tanpa mereka, terima kasih kawan…
Masalah utama sesungguhnya ada pada diri saya sendiri. Dalam membangun ‘personal relation’, saya terlalu mengagungkan asas resiprokal, prinsip kesetaraan perlakuan. Bahasa premannya anda jual, saya beli. Selain itu keangkuhan, tekanan, dan arogansi tidak membuat saya melunak apapun resiko yang akan saya terima. Mau kehilangan posisi, kehilangan teman, diasingkan, ribut, atau yang lain tidak terlalu saya ambil pusing. Bebas merdeka.
Apakah hal tersebut menyelesaikan masalah, tentu saja tidak. Malah sering memperparah keadaan. Tetapi bisa jadi hal itu jugalah yang membuat saya masih bisa berdiri tegak hingga detik ini. Melewati berbagai macam permasalahan, beragam tsunami kehidupan yang silih berganti.
Sudah tepat kah sikap tersebut? Ada yang jauh lebih baik, lebih tepat. Kedepan saya harus mulai meninggalkan konsep2 sebelumnya seperti sportifitas, resiprokal, keadilan, kesetaraan perlakuan dalam membangun hubungan pertemanan.
Bisa memahami orang lain secara lebih utuh. Tidak hanya menangkap lewat kata2 yang terucap, tersurat, tetapi juga mampu melihat apa2 yang tidak terlihat, menerka hati dan memahami pikiran orang. Lama2 bisa jadi dukun saya, haha… (just kidding, red).
Juga harus lebih memperlebar ‘range’ kesabaran dalam menghadapi permasalahan, menahan diri. Menjadikan sabar sebagai solusi, sebagai alat pertahanan diri. Memperbesar porsi hati, mengurangi porsi logika. Lebih bijak lagi, tetap tanpa harus mengorbankan prinsip2 yang ada. Bukan dalam rangka untuk menyenangkan orang, tetapi lebih untuk kepentingan saya sendiri.
Semoga tahun depan bisa lebih baik, amiiinnn…


Add caption
Add caption













Add caption
Add caption













Add caption
Add caption











Add caption
Add caption











Add caption
Add caption











Add caption
Add caption











Add caption
Add caption













Add caption

Add caption











Add caption
Add caption













Add caption
Add caption











Add caption
Add caption













Add caption
Add caption





Tidak ada komentar:

Posting Komentar