Kenapa India? Yang pasti bukan
karena pingin ketemu Shahrukh Khan atau mau lihat shooting film Mahabharata.
Selain Himalaya, motivasi utama nge-trip ke India tak lain dan tak bukan karena
ingin melihat warisan Kerajaan Mughal yang termasyur, menelusuri dan menghayati
sejarah lewat peninggalan benteng, istana, dan masjid yang terkenal akan
kemegahan dan keindahan seni rancang bangun.
Pertama kali mengenal Mughal
yaitu lewat buku pelajaran sejarah waktu SMP dulu. Mata pelajaran yang menjadi
kegandrungan baru saya ketika matematika sudah berhasil mencapai nilai
tertinggi, tidak lagi menantang, tidak lagi menarik. Sejarah-lah yang membuat
imajinasi saya melayang seolah-olah seperti memasuki lorong waktu.
Sedikit cerita, Mughal adalah
kesultanan Islam yang cukup besar dan berkuasa di India (th 1526-1858) dengan
pusat pemerintahannya di Delhi. Wilayah kekuasaannya pun sangat luas mulai dari
Turkestan sampai teluk Bengala. Yang luar biasa, dinasti Mughal ternyata didirikan
oleh Zahiruddin Muhammad Babur, salah satu cucu dari Timur Lenk dari etnis
Mongol, keturunan Jengis Khan. Tau sendiri kan gimana sejarahnya Jengis Khan
dengan pasukan Mongol-nya?
Kok bisa ya kesultanan Islam
berkuasa di tanah Hindu dan mampu bertahan hingga 300 tahun lebih? Kuncinya
adalah system politik Sulh-E-Kul atau toleransi universal. Pemerintahannya
dijalankan oleh beragam etnis dan ras mulai dari orang India asli, Turki, Persi, Afghan. Selain itu ada
toleransi penuh terhadap semua agama dan keyakinan yang ada.
Kemajuan di bidang ilmu
pengetahuan mendapat perhatian besar dari penguasa Mughal. Shah Jahan
mendirikan perguruan tinggi di Delhi. Jumlah ini semakin bertambah ketika
pemerintahan dipegang oleh Aurangzeb. Beberapa karya sastra terkenal dan ilmu
bidang kedokteran dihasilkan pada masa Mughal. Karya seni arsitektur yang indah
dan mengagumkan bahkan masih bisa kita nikmati hingga saat ini seperti Taj
Mahal.
Pada abad 18, Mughal mengalami
masa2 kemunduran. Suksesi kepemimpinan di pusat yang menjadi ajang perebutan,
gerakan sparatis Hindu di India tengah, Sikh di belahan utara, dan Islam di
bagian timur semakin lama semakin mengancam. Sementara itu Inggris yang awalnya
diijinkan oleh Jehangir menanamkan modal di India, dengan didukung oleh
kekuatan bersenjata semakin kuat menguasai wilayah pantai.
Akhirnya setelah berkuasa di
India selama 3 abad, dinasti Mughal runtuh di Red Fort, Delhi. Peristiwa ini
terjadi ketika Inggris berhasil menggulingkan kekuasaan sultan setelah pemberontakan
Sepoy yang terjadi pada tahun 1857. Bahkan, sultan terakhir, Bahadur, juga
diadili di benteng ini juga.
Beberapa peninggalan Mughal di
Delhi dan Agra yang sempat saya kunjungi antara lain Red Fort, Agra Fort, Taj
Mahal, Itimad-ud Daulah, Qutub Minar dan Humayun Tomb. Red Fort dan Agra Fort
sudah pernah saya ceritakan pada artikel sebelumnya dengan judul World Heritage.
Taj Mahal dan Itimad-ud Daulah akan saya ceritakan dalam artikel tersendiri. Sedangkan
Qutub Minar dan Humayun Tomb bisa dilihat dibawah ini, cekidot…
QUTUB MINAR
Qutub Minar adalah menara batu
bata tertinggi di dunia yang memiliki ketinggian 72,5 meter. Menara yang
merupakan monumen Islam kuno dan ditulis dengan hiasan kaligrafi Arab. Qutub
Minar mulai dibangun pada masa Qutubuddin Aibak pada tahun 1199.
|
Add caption |
|
Add caption |
|
Add caption |
|
Add caption |
|
Add caption |
|
Add caption |
|
Add caption |
|
Add caption |
|
Add caption |
|
Add caption |
HUMAYUN TOMB
Makam Humayun adalah makam raja Mughal
ke 2 (1530-1555). Pembangunan makam ini dimulai oleh istri pertama Humayun,
Bega Begum pada tahun 1569-70. Kompleks ini merupakan makam kebun pertama di
India.
|
Add caption |
|
Add caption |
|
Add caption |
|
Add caption |
|
Add caption |
|
Add caption |
|
Add caption |
|
Add caption |