Kamis, 17 April 2014

LORONG WAKTU


Menelusuri jalanan Bandanaira ibarat masuk ke lorong waktu
Heritage berupa bangunan, klenteng, benteng, parit, makam dan artefak 
Menegaskan bahwa kepulauan kecil ini memiliki sejarah panjang
Memegang peranan penting sejak sebelum VOC hingga kemerdekaan 

Memasuki Rumah Budaya, tergambar kondisi sebelum masa VOC
Sebagai pusat perdagangan pala yang dipimpin orang2 kaya setempat
Komoditas mahal yg pada saat itu digunakan sebagai rempah dan obat
Ramai dg pedagang dari Arab, India, dan wilayah Nusantara lainnya

Berada di Benteng Belgica dan Nassau, terbayang saat VOC berkuasa
Bagaimana bangsa Eropa membangun pertahanan dari serangan lawan
Mengawasi & kontrol lalu lintas kapal dagang dari atas benteng Belgica
Juga terjadinya tragedi pembantaian 44 orang kaya di benteng Nassau

Mengunjungi Istana Mini Banda, menikmati keindahan arsitekturnya
Istana dg desain mirip dan dibangun setahun sebelum Istana Merdeka
Menjadi tempat tinggal Gubernur VOC dan para petinggi bangsa Eropa
Sebagai saksi dan bukti kejayaan bangsa Eropa menguasai Nusantara

Langkah kaki berlanjut ke arah rumah pengasingan Bung Hatta
Menengok ruang kelas tempat Bung Hatta mengajar anak2 Banda
Juga tak lupa mampir ke rumah pengasingan dr Tjipto Mangunkusumo
Menghayati perjuangan tokoh bangsa masa pergerakan kemerdekaan

Hari semakin siang, sengatan matahari semakin tidak tertahankan
Perjalanan kali ini harus berakhir di sebuah warung kecil
Menikmati segelas es teh, melepas lelah, ambil pena dan secarik kertas
Dan berusaha menuliskan segala kenangan indah selama perjalanan

Traveling, aktivitas yg membuat seseorang semakin kaya
Kaya ilmu, kaya hati, kaya sahabat dan saudara
Lebih dari sekedar lembaran angka…



benteng Nassau
benteng Belgica










sumur pembantaian 44 saudagar Banda
ilustrasi pembantaian










gereja tua
makam tua Belanda










rumah captain Christopher Cole
rumah deputy governoor VOC










rumah pengasingan Bung Sjahrir
rumah pengasingan dr Tjipto M










rumah adat Ratu Naira
rumah budaya













Jan Pieter zoon Coen
saudagar Banda













uang logam masa VOC
pistol













istana mini
raja Belanda Willem 3













dalamnya istana mini
prasasti Coen













rumah pengasingan bung Hatta
ruang mengajar













tempat wudlu
menara masjid tua













BE LOCAL


Kapal Pelni KM Tidar tiba dan sandar di pelabuhan Banda pukul 2 dini hari
Sejenak turun, makan, dan lanjut dg menelusuri lorong kota Bandanaira
Sunyi, remang-remang dan pastinya tanpa arah tujuan yang jelas

Nampak sekumpulan pemuda tengah asyik nongkrong di pinggir lapangan
Dengan sedikit rasa was-was dan siaga satu, mencoba bertanya kpd mereka

‘Bang, penginapan murah yang dekat dekat sini dimana?’
‘Kalo mas mau, boleh nginap di rumah beta saja’ kata salah satu dari mereka
Berawal dari sebuah pertanyaan, akhirnya perjalanan mengesankan tercipta

Berkesempatan menikmati ritme kehidupan sehari2 masyarakat setempat
Berada langsung di tengah2 mereka, lebih dari sekedar sebagai wisatawan
Mendaki gunung api, snorkeling dg katinting rame2 bersama pemuda setempat
Nongkrong hingga tengah malam, menghadiri pesta terpilihnya kepala desa
Sebuah kesempatan yg tak ternilai harganya, kebahagiaan yang tak terkira

Sejatinya, masyarakat Banda sangat bersahabat, sopan, tulus, dan terbuka
Berimajinasi bisa menghabiskan sisa hidup, membangun kebahagiaan di sini
Dengan sedikit memberikan kontribusi seperti yg pernah Bung Hatta lakukan
Keindahan tanah Banda benar benar mampu membuat orang jatuh cinta …

“Remember that happiness is a way of travel, not a destination”
Roy Goodman