Kereta api di India laksana panggung drama. Banyak sekali cerita
kehidupan baik yang saya lihat atau yang saya alami sendiri. Ada derai tangis
perpisahan, pelukan gembira perjumpaan, nestapa si miskin tanpa kaki yang
mengiba-iba meminta sedekah, pencopet yang tergeletak berdarah-darah tak
berdaya habis digebukin massa, seorang perempuan yang marah2 kepada saya saat
berada di kereta yang menuju Varanasi, dan yang satu ini. Lanjuuutttt…
Berada di gerbong CC (chair class) kereta dengan rute Jodhpur ke
Jaipur, duduklah saya berhadapan dengan seorang nenek. Meskipun sudah tua,
tetapi terlihat sehat, elegan, tidak norak, dan berwibawa. Saya menduga si
nenek ini dari kasta atas. Mendengar dia saat telpon dengan bahasa Inggris yang
perfect, suaranya halus dan teratur, pembawaan orangnya pun cukup tenang.
Sepanjang perjalanan sebuah buku tak pernah lepas dibacanya. Cuman saya ga tahu
buku apa itu, wong tulisannya pake huruf cacing (aksara India, red), haha…
Terlihat dia beberapa kali mengamati saya dan tentunya saya
cuekin, saya acuhin, saya sumpah-sumpahin (walah kok tambah ngelantur nulisnya,
red). Hingga beliau membuka pembicaraan.
Kamu sudah makan ? “belum mama” Kenapa tidak pesan saat
petugas kereta tadi lewat menawarkan makanan? “tidak lapar ma” (sebenarnya sih
karena tidak selera dg makanan di kereta plus sekalian ngirit fulus, red)
Selanjutnya sang nenek mengambil tas, membuka bekal makanan, dan
memberikan ke saya. Lapisan roti besar dengan keju dan sayuran di tengahnya.
Ini kamu makan ya, saya tahu kamu pasti lapar, sambil sang nenek memperhatikan
saya ketika melahap roti itu. Ini minumnya, katanya sesaat setelah roti itu
habis tertelan.
Hancriiitttt, saya yang tidak terbiasa mendapatkan perlakuan
seperti itu jadi kaku dan salah tingkah. Rasanya pingin meluk, cium, sambil
bilang terima kasih nek, huwahahahaaa...
Sang nenek lalu bertanya, kamu orang Bengali ya? (walah ternyata
sang nenek menganggap saya orang yang pantas dikasihani melihat penampilan
lusuh saya. Harap dicatat, Bengali itu wilayah India yang banyak dihuni kasta
rendah dan miskin dengan ibukotanya Kolkata, red). Saya jawab, “bukan ma”.
Lanjut ditanya, apa kamu dari Nepal ? “Saya orang Indonesia ma”
Oo, Indonesia. Bali, Sumatera, Jakarta, Jawa…, ucap sang nenek.
“Lho, nenek pernah ke Indo ya kok tau banyak?” Belum pernah, saya hanya tahu
dari membaca buku saja.
Melihat gelagat sang nenek mulai asyik ngajak ngobrol seperti
baru berjumpa anaknya, sedangkan saya lagi malas merangkai kata-kata mutiara,
akhirnya dengan senyum setulus2nya mengucapkan terima kasih atas makanan-nya
dan pura-pura nutup mata.
Capeek neekk…