Jumat, 23 Januari 2015

BATTLE


Mampir ke Kargil war memorial, sebuah tugu peringatan perang antara India - Pakistan yang berlangsung di distrik Kargil antara bulan Mei dan Juli 1999. Penyebabnya apalagi kalo bukan rebutan wilayah Kashmir. Hasil akhir dari perang ini adalah India berhasil menguasai Kargil. Oya, ini konflik yang ke 4 antara India - Pakistan sejak lepas dari Inggris.

Menurut data om Wiki nih, kekuatan pasukan dalam perang Kargil : India 30.000, Pakistan 5.000. Korban : India 527 tewas, 1.363 terluka, 1 ditahan, sedangkan Pakistan 357-400 tewas, 665+ terluka, 8 ditahan.

Pingin tahu rupa Kargil war memorial, inilah penampakannya..


Add caption
Add caption











Add caption
Add caption











Add caption
Add caption














Add caption
Add caption














Add caption
Add caption














Add caption
Add caption










TITIK NOL


Sebuah filsafat Tiongkok mengatakan : seni sebuah perjalanan adalah manakala kita melupakan siapa diri kita. Agustinus Wibowo dalam bukunya Garis Batas menceritakan perjalanannya di Asia Tengah. 

“Di sini, saya memang bukan siapa-siapa. Identitas dan kebanggaaan yang senantiasa melekat di tubuh tanggal satu per satu. Setelah semua jati diri dan ego itu ditelanjangi habis-habisan, sekarang saya tak lebih dari gelandangan yang harus main kucing-kucingan dengan polisi hanya untuk melewatkan malam. Tak ada identitas lain yang lebih penting, selain berjuang untuk terus bertahan.”

Perjalanan itu tentang bagaimana kita menjalaninya, maknanya sangat tergantung dari penghayatan masing2 individu. Kali ini saya berbeda dengan filsafat Tiongkok maupun Agustinus Wibowo. Buat saya, perjalanan itu justru membuat saya memiliki kesempatan untuk menjadi diri sendiri, jati diri yang sebenarnya. Tidak dibebani identitas dan kebanggaan, benar2 berada di titik nol. Itulah kenikmatan terbesar yang saya rasakan dari sebuah perjalanan.

Kehidupan di jaman modern ini seringkali memaksa kita untuk memainkan banyak peran yang sebenarnya bukan kita. Sedikit banyak perilaku akan dipengaruhi oleh identitas kita. Contohnya, kepentingan pekerjaan menuntut kita untuk selalu tampil rapi dan cantik, lingkungan social memaksa kita untuk jaga image, dan sebagainya. Dunia memang penuh kemunafikan dan melelahkan.

Perjalanan itu seperti oase di tengah padang pasir. Tempat kita melepaskan diri, turun sejenak dari panggung sandiwara kehidupan sehari2. Berada di tempat asing, tidak ada yang mengenal, memperhatikan, memperdulikan siapa diri kita. Disitulah kita bisa benar2 bebas, merdeka, menjadi diri sendiri tanpa beban.

Penampilan awut2an, ngemper di stasiun kereta, lesehan di bandara, diobrak petugas keamanan bandara, dibentak petugas ketika check in, mau nginap dimana, makan dimana, tidak membuat saya ambil pusing dan santai-santai saja. Karena kita sudah bukan siapa-siapa lagi, bukan kita yang punya jabatan A, tingkat pendidikan B, kekayaan C atau identitas2 semu lainnya. Karena kita cuman tinggal diri kita, sebenarnya diri kita, laksana sebutir debu di padang pasir yang luas, tidak penting. 

Hampir sebulan di India menikmati titik nol tentunya menjadi sebuah perjalanan yang menyenangkan, pengalaman berharga, high value...

CAPEK NEK


Kereta api di India laksana panggung drama. Banyak sekali cerita kehidupan baik yang saya lihat atau yang saya alami sendiri. Ada derai tangis perpisahan, pelukan gembira perjumpaan, nestapa si miskin tanpa kaki yang mengiba-iba meminta sedekah, pencopet yang tergeletak berdarah-darah tak berdaya habis digebukin massa, seorang perempuan yang marah2 kepada saya saat berada di kereta yang menuju Varanasi, dan yang satu ini. Lanjuuutttt…

Berada di gerbong CC (chair class) kereta dengan rute Jodhpur ke Jaipur, duduklah saya berhadapan dengan seorang nenek. Meskipun sudah tua, tetapi terlihat sehat, elegan, tidak norak, dan berwibawa. Saya menduga si nenek ini dari kasta atas. Mendengar dia saat telpon dengan bahasa Inggris yang perfect, suaranya halus dan teratur, pembawaan orangnya pun cukup tenang. Sepanjang perjalanan sebuah buku tak pernah lepas dibacanya. Cuman saya ga tahu buku apa itu, wong tulisannya pake huruf cacing (aksara India, red), haha…

Terlihat dia beberapa kali mengamati saya dan tentunya saya cuekin, saya acuhin, saya sumpah-sumpahin (walah kok tambah ngelantur nulisnya, red). Hingga beliau membuka pembicaraan. 

Kamu sudah makan ? “belum mama” Kenapa tidak pesan saat petugas kereta tadi lewat menawarkan makanan? “tidak lapar ma” (sebenarnya sih karena tidak selera dg makanan di kereta plus sekalian ngirit fulus, red)

Selanjutnya sang nenek mengambil tas, membuka bekal makanan, dan memberikan ke saya. Lapisan roti besar dengan keju dan sayuran di tengahnya. Ini kamu makan ya, saya tahu kamu pasti lapar, sambil sang nenek memperhatikan saya ketika melahap roti itu. Ini minumnya, katanya sesaat setelah roti itu habis tertelan.

Hancriiitttt, saya yang tidak terbiasa mendapatkan perlakuan seperti itu jadi kaku dan salah tingkah. Rasanya pingin meluk, cium, sambil bilang terima kasih nek, huwahahahaaa...

Sang nenek lalu bertanya, kamu orang Bengali ya? (walah ternyata sang nenek menganggap saya orang yang pantas dikasihani melihat penampilan lusuh saya. Harap dicatat, Bengali itu wilayah India yang banyak dihuni kasta rendah dan miskin dengan ibukotanya Kolkata, red). Saya jawab, “bukan ma”. Lanjut ditanya, apa kamu dari Nepal ? “Saya orang Indonesia ma”

Oo, Indonesia. Bali, Sumatera, Jakarta, Jawa…, ucap sang nenek. “Lho, nenek pernah ke Indo ya kok tau banyak?” Belum pernah, saya hanya tahu dari membaca buku saja.

Melihat gelagat sang nenek mulai asyik ngajak ngobrol seperti baru berjumpa anaknya, sedangkan saya lagi malas merangkai kata-kata mutiara, akhirnya dengan senyum setulus2nya mengucapkan terima kasih atas makanan-nya dan pura-pura nutup mata.

Capeek neekk…

Rabu, 21 Januari 2015

SKI RESORT


Kota pertama yang akan kita jumpai kalo berkendara dari Srinagar menuju Leh adalah Sonamarg. Kota kecil ini terletak di sebuah lembah yang indah. Berbeda dengan Kargil dan Leh yang gersang, bukit2 di Sonamarg hijau dengan pepohonan cemara. Kalau kita bandingkan dengan Srinagar, memang sama2 hijaunya tetapi Srinagar cenderung flat tanpa perbukitan. Cuman bagusnya Srinagar punya 2 buah danau indah.
Sonamarg adalah sebuah kota resort, tempat main ski. Memiliki banyak hotel atau villa, Sonamarg ramai wisatawan pada saat musim salju. Saya datang pada saat summer tetapi masih bisa lihat puncak2 gunung bertudung salju.
Inilah penampakannya…

Add caption
Add caption











Add caption
Add caption











Add caption
Add caption











Add caption
Add caption











Add caption
Add caption











Add caption
Add caption












Add caption
Add caption














Add caption
Add caption











Add caption
Add caption














Add caption
Add caption








SHIA


Kargil, nama sebuah distrik sekaligus nama kota yang menjadi pusat administrasi distrik tersebut. Kargil sendiri terletak di wilayah Ladakh, negara bagian Jammu&Kashmir, India. Sama seperti wilayah Ladakh lainnya, keindahan panorama Kargil juga luar biasa. Menurut penglihatan saya, ini lebih sadis cantiknya dibandingkan Leh.
Kota Kargil merupakan kota terbesar kedua di Ladakh setelah Leh. Tetapi ada perbedaan mendasar antara Leh dan Kargil. Kalau Leh mayoritas penduduknya beragama Buddha, sedangkan Kargil 95 persen-nya Muslim. Muslim di Kargil pada umumnya beraliran Syiah. Secara etnik pun sepertinya sedikit berbeda.
Untuk info lebih lengkapnya, silahkan tanya langsung ke om Wiki aja ya, hehe… 

Add caption
Add caption











Add caption
Add caption














Add caption
Add caption











Add caption
Add caption











Add caption
Add caption











Add caption
Add caption











Add caption
Add caption











Add caption
Add caption











Add caption
Add caption











Add caption
Add caption














Add caption
Add caption











Add caption
Add caption











Add caption
Add caption