Sudah
2 hari di Kolkata dan 2 hari di Varanasi, belum pernah sekalipun mencoba naik
ricksaw yang ditarik manusia. Kesempatan datang ketika hendak menuju stasiun
Varanasi setelah check out dari hotel, guna melanjutkan perjalanan ke destinasi
berikutnya, Agra. Tanya harga dan dijawab 50 rupee (10 ribu). Tanpa merasa
perlu menawar lagi karena ongkos sudah cukup rasional, akhirnya ayo pak,
lanjut!!
Mengamati bapak penarik ricksaw ini bekerja di tengah kondisi
jalanan yang super crowded dan cuaca yang cukup panas sungguh mengagumkan.
Sekuat tenaga, penuh semangat, tetapi tetap konsentrasi agar tidak bersenggolan
dengan kendaraan lain. Terselip rasa iba melihat beratnya pekerjaan yang harus
dijalani. Tarikan napas yang tertahan, keringat mengucur deras, dan otot2 badan
yang mengeras cukup menggambarkan kondisi yang dialami si bapak. Gigih dan
sungguh mulia. Salut pak…
Setelah setengah jam
berlalu dan saya rasakan perjalanan cukup jauh, tiba juga di stasiun Varanasi.
Karena merasa kasihan, ada keinginan memberikan tip sebagai penghargaan untuk
kerja kerasnya. Akhirnya, dengan 3 lembar uang rupee 20-an dan memasang senyum
setulus2nya, saya serahkan sambil mengucapkan terima kasih.
Si bapak mengamati
lembaran demi lembaran uang yang baru saja diterimanya. Meraba, menerawang,
juga membolak-balik sebelum akhirnya dengan nada tegas (kurang bersahabat, red)
seakan-akan menuntut haknya yang dicurangi, meminta ganti 2 lembar uang yang dirasa
kurang bagus kondisinya dengan yang lebih baik dan memberikan 10 rupee sebagai
kembalian kepada saya. Baru selanjutnya terlihat rasa puas dan lega di wajah si
bapak setelah mendapatkan hak dari hasil kerja kerasnya sendiri dan dengan
sangat hati hati menaruh uang tersebut di dalam dompet.
Bener2
terkejut dan terpana melihat sepotong adegan yang diperankan oleh si bapak
tersebut. Saya yang sebelumnya merasa sok dermawan dan berharap balasan
senyuman karena telah memberikan tambahan tips, akhirnya harus mendapatkan
pelajaran penting. Sungguh merasa tertampar. Lelaki tua yang miskin itu
ternyata tidak butuh dikasihani karena kemiskinannya, puas dengan hasil
kerjanya sendiri, hanya menuntut haknya dipenuhi dengan baik, tidak lebih dan
tidak kurang.
Dengan
terburu2 saya membalikkan badan dan melangkahkan kaki ke arah stasiun sebelum
air mata ini jatuh, terharu. Terima kasih pak untuk pelajaran singkatnya siang
ini. Lelaki hebat dan terhormat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar