Rabu, 17 September 2014

LELAKI TERHORMAT

Sudah 2 hari di Kolkata dan 2 hari di Varanasi, belum pernah sekalipun mencoba naik ricksaw yang ditarik manusia. Kesempatan datang ketika hendak menuju stasiun Varanasi setelah check out dari hotel, guna melanjutkan perjalanan ke destinasi berikutnya, Agra. Tanya harga dan dijawab 50 rupee (10 ribu). Tanpa merasa perlu menawar lagi karena ongkos sudah cukup rasional, akhirnya ayo pak, lanjut!! 

Mengamati bapak penarik ricksaw ini bekerja di tengah kondisi jalanan yang super crowded dan cuaca yang cukup panas sungguh mengagumkan. Sekuat tenaga, penuh semangat, tetapi tetap konsentrasi agar tidak bersenggolan dengan kendaraan lain. Terselip rasa iba melihat beratnya pekerjaan yang harus dijalani. Tarikan napas yang tertahan, keringat mengucur deras, dan otot2 badan yang mengeras cukup menggambarkan kondisi yang dialami si bapak. Gigih dan sungguh mulia. Salut pak…

Setelah setengah jam berlalu dan saya rasakan perjalanan cukup jauh, tiba juga di stasiun Varanasi. Karena merasa kasihan, ada keinginan memberikan tip sebagai penghargaan untuk kerja kerasnya. Akhirnya, dengan 3 lembar uang rupee 20-an dan memasang senyum setulus2nya, saya serahkan sambil mengucapkan terima kasih.

Si bapak mengamati lembaran demi lembaran uang yang baru saja diterimanya. Meraba, menerawang, juga membolak-balik sebelum akhirnya dengan nada tegas (kurang bersahabat, red) seakan-akan menuntut haknya yang dicurangi, meminta ganti 2 lembar uang yang dirasa kurang bagus kondisinya dengan yang lebih baik dan memberikan 10 rupee sebagai kembalian kepada saya. Baru selanjutnya terlihat rasa puas dan lega di wajah si bapak setelah mendapatkan hak dari hasil kerja kerasnya sendiri dan dengan sangat hati hati menaruh uang tersebut di dalam dompet. 

Bener2 terkejut dan terpana melihat sepotong adegan yang diperankan oleh si bapak tersebut. Saya yang sebelumnya merasa sok dermawan dan berharap balasan senyuman karena telah memberikan tambahan tips, akhirnya harus mendapatkan pelajaran penting. Sungguh merasa tertampar. Lelaki tua yang miskin itu ternyata tidak butuh dikasihani karena kemiskinannya, puas dengan hasil kerjanya sendiri, hanya menuntut haknya dipenuhi dengan baik, tidak lebih dan tidak kurang. 

Dengan terburu2 saya membalikkan badan dan melangkahkan kaki ke arah stasiun sebelum air mata ini jatuh, terharu. Terima kasih pak untuk pelajaran singkatnya siang ini. Lelaki hebat dan terhormat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar