Jumat, 17 Oktober 2014

FIRST IMPRESSION

Sharing di kalangan backpacker sudah umum dan lumrah dilakukan. Apakah itu sharing ongkos taxi, sharing info hotel murah, atau sharing tips-tips perjalanan di suatu destinasi. Begitu juga yang saya alami selama trip panjang tempo hari. Sempat berbagi ongkos tuk-tuk dengan bule Inggris yang punya darah India dari kakeknya di Varanasi (sebenarnya dia yg bayarin full, haha, red), plus dikasih info penginapan murah dan bagus. Atau sharing penginapan dengan bule Spanyol dan Pakcik Malaysia di Maninjau, sekaligus cerita-cerita pengalaman selama pengembaraan. Nah, ini yang mau saya ceritakan.

Pertama kali ketemu dengan bule Spanyol (namanya bang Ube tapi aku panggil Agus) dan pakcik Xhon dari Malaysia sewaktu sama-sama menginap di Hello Guest House, Bukittinggi. Saya berbagi cerita tentang perjalanan selama di India, scam-scam yang saya alami selama disana. Maybe, Indonesia is better, bro. Don’t worry too much travelling in Indonesia. Sometimes, there are badnews about Indonesia, but generally, I think Indonesia is still safe country. Bla..bla..bla…, tentang Indonesia yang smilling people lah sampai foto2 andalan underwater dan freedive keluar semua. 

Nah, giliran si bule Spanyol yang cerita. Ini kunjungan pertama dia ke Indonesia, pengalaman dia ketika baru tiba di bandara XX (note : maaf, tidak bisa sebutin namanya, bisa-bisa kena gugat pencemaran nama baik nih, repot kan kalo di-pritta kan atau di-arsyad kan, tau sendiri gimana orang Indonesia, semakin ketahuan aib-nya, semakin membabi buta). 

Saat mengurus visa di bagian imigrasi bandara, dia kena palak 600 ribu. Selain itu si petugas juga ngomong bahwa dia harus keluar Indonesia lewat bandara itu juga dan bayar 1,5 juta kalo mau perpanjangan). ‘Bukannya saya bodoh atau tidak tahu pemerasan itu, tapi sebagai foreigner, saya tidak bisa berbuat apa-apa. Indonesia negara koruptor’, keluhnya. This is my first impression about Indonesia, lanjutnya. Keluar bandara kena tipu lagi sama sopir taksi, bahkan 2 kali. 

Bisa dibayangkan sendiri gimana raut muka saya waktu itu. Sangat kecewa bahkan tidak sanggup berkata-kata lagi. Memang saya sering ngalami scam di India. Penipuan yang dilakukan sopir taxi, tuk-tuk, pedagang asongan, atau penjaga hotel. Tapi ingat, bukan oleh birokrasi resmi India !!! oh, Indonesia-ku…

Saya berfikir, apakah selama ini kita (Indonesia, red) lupa mengambil cermin sehingga tidak tahu buruk muka kita sendiri. Atau kita ini sudah bosan melihat muka buruk kita, sehingga lama kelamaan menjadi terbiasa, tidak merasa buruk. Atau malas berdandan, tidak mampu mempercantik diri. Entahlah…. 


Balik lagi ke petugas imigrasi tadi, kira-kira itu duit dipakai apa ya. Ngelunasin hutang, ngewek, atau apa? Moga-moga saja bukan untuk bayar cicilan ONH atau biaya sekolah TPA anaknya. (maaf, jengkel-geram tingkat dewa, red)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar