Sabtu, 04 Oktober 2014

INDONESIA DI MATA INDIA

Indonesia di mata orang2 India. Kira-kira gimana ya, apakah baik? buruk? 

Berikut ini sejumlah cerita, pengalaman saya selama perjalanan di India. Tentunya case by case, tidak bisa dijadikan bahan untuk merumuskan, menyimpulkan, memutuskan, mengeksekusi, dan me… (isi sendirilah sesuai selera masing2, red). Bahasa ilmiahnya, terlalu premature, hehe…

Secara umum, kesan orang India terhadap Indonesia netral-netral saja, malah banyak yang tidak ‘tahu’. Jujur, jauh lebih ‘beken’an Malaysia dibandingkan Indonesia. Tapi jangan sewot dulu, santai masbro dan mbak sist. Ini bisa dimengerti karena banyak orang India yang menjadi pekerja migran di Malaysia. Selain itu proporsi penduduk Malaysia keturunan (etnis) India cukup besar, sekitar 15-20%. Jadi wajarlah kalo Malaysia lebih dikenal mereka. Bukan berarti Malaysia lebih hebat dari kita lho… (halah, dasar nasionalis sempit, jujur aja bilang mereka lebih hebat, biarin! jelek2 negara sendiri, kalo bukan kita siapa lagi yang banggain, ini ribut ga jelas, sudah sudah, peace Malaysia, red).

Syukurlah, kesan baik terhadap pemegang paspor ijo masih bisa diperoleh dari kalangan birokrasi pemerintahan di sana. Terima kasih buat Presiden RI yang pertama, Ir Soekarno, yang telah membangun hubungan kuat dengan India di masa lalu, manfaatnya masih bisa dinikmati hingga saat ini. Pengalaman saya saat berhadapan dengan petugas imigrasi, petugas KA, Inspektur Vijay (polisi maksudnya, red), semua surprise senang ketika tahu saya orang Indonesia. Seakan akan dalam hatinya bilang, “kemana aja nih sodara-ku, kok jarang kelihatan, sering2 main ke sini ya...”

Sekarang gantian pengalaman buruknya menyandang nama Indonesia. Cukup cerita 2 pengalaman saja biar ga tambah jengkel, stress, ngumpat-ngumpat, cuukkkk… 

Pengalaman pertama ketika baru tiba di kota Jaipur dini hari. Berhubung ini sudah jam 12 malam, tentu sulit mencari penginapan murah yang masih buka. Hotel, rumah makan, toko, semua sudah pada gembok pagar dan matiin lampu. Melangkah ke luar stasiun, menelusuri jalanan yang sunyi dengan menenteng backpack, dompet berisi ribuan dollar, arloji mahal dari Swiss (jangan dipercaya, haha, red) tentu bukan sesuatu yang nyaman dan aman. 

Beruntunglah tidak begitu jauh kaki melangkah, nampak sebuah penginapan yang sepertinya ‘murah’ dan masih buka, ah leganya. Masih ada kamar pak, masih, kamu dari India, bukan pak, negaramu mana, Indonesia, Indonesia no, kamu cari penginapan lain aja . Ini hotel gila! Sudah ga mau duit apa, weyyy, memang kamu pernah diapain sama Indonesia, memang tampang saya teroris apa. Segala kejengkelan yang berkecamuk dalam hati menemani langkah saya memulai lagi hunting penginapan yang tidak mudah di malam itu…

Pengalaman kedua terjadi di Mumbai. Capek badan setelah menempuh perjalanan jauh dari Udaipur. Ketika sedang jalan mondar mandir mencari penginapan murah dengan rangsel di punggung, ada seorang pemuda (calo, red) dengan gigih menawarkan berbagai macam hotel (pastinya mahal, red). Karena capek dan ga minat, saya cuek saja, malas mengeluarkan suara, merangkai kata-kata. Tetapi si pemuda terus nerocos ga habis2 sampai dia nanya, kamu dari Malaysia? Saya jawab dari Indonesia. Dia tertawa meledek, haha..pantas kamu ga punya uang banyak, saya tahu uang Indonesia, saya punya Rupiah, nilainya kecil, haha..Ediann, ini orang India sok banget, memang India lebih kaya apa dari Indonesia. Sama2 negara miskin dilarang saling mengolok-olok, settaaann…..

Cukup ceritanya, biar ga nambah tekanan darah…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar